Sabtu, 12 April 2014

Complicated

Aku mau tanya, apakah kalian pernah jatuh cinta dengan seseorang yang sebelumnya tidak pernah kalian inginkan untuk jatuh cinta kepadanya? Jika jawabannya iya, kalian sama denganku.
Aku jatuh cinta pada seseorang yang sebelumnya tidak pernah aku inginkan untuk jatuh cinta kepadanya, bahkan untuk sekedar membayangkannya saja pun aku tidak pernah. Rasa itu tidak pernah terencana, tidak terduga, dan tentu saja tidak diinginkan. Rasa itu begitu apa adanya, alami, tidak bisa dicegah. Mungkin rasa itu ada karena terbiasa. Ya, terbiasa. Aku dan dia memang sudah kenal sejak sama-sama masih culun, kira-kira antara masa TK / SD lah. Dulu, aku dan dia sering bermain bersama-sama setelah pulang sekolah. Dia salah satu teman semasa kecilku. Yang kini Tuhan pertemukan lagi setelah bertahun-tahun sama-sama tak ada kabar. Dan bertemu dalam keadaan sudah mulai mengalami masalah-masalah kehidupan.
Dia anak yang asik, baik, bisa menghargai perempuan, bisa membuatku nyaman (tentu saja), dan yang paling penting dia bukan perokok / pemabuk. Wajahnya tidak terlalu ganteng, but I love his smile and his eyes. Begitu bisa menyejukanku.
Sejak saat itu, aku dan dia berkomunikasi lebih sering. Kami banyak bercerita tentang obrolan-obrolan ringan seperti mengenai kehidupan masing-masing. Dan seingatku, ada satu hal yang jarang kita perbincangkan, yaitu tentang cinta. Aku tidak tau perjalanan cintanya selama bertahun-tahun dia menghilang seperti apa, termasuk siapa saja mantan-mantannya dan perempuan-perempuan yang pernah dia taksir. Aku tidak tau alasannya kenapa dia cukup tertutup mengenai hal itu. Tapi bukankah aku sahabatnya? Ya, aku memang sahabatnya, tidak lebih. Tapi mungkin dia memang belum ingin menceritakannya.
Sampai suatu ketika, dia cenderung lebih dingin terhadapku, biasanya kadang-kadang dia yang berinisiatif menghubungiku tapi pada saat itu selalu aku yang berinisiatif; tetapi dari apa yang aku tau, dia terlihat lebih ceria dan lebih dekat dengan perempuan lain, entah itu siapanya. Jika aku salah mengenai apa yang aku katakan, mungkin kamu akan menganggapku sok tau, tapi bukankah masuk akal jika memang benar aku sok tau karena kamu tidak akan pernah memberitahu hal itu kecuali jika aku yang bertanya? Aku berbicara seperti ini karena aku tidak bodoh, teman. I can see that.
Lalu apa hubungannya denganku? Mengapa aku terlihat tidak begitu menyukai kedekatannya dengan perempuan lain meskipun hal itu membuatnya bahagia? Bukankah seharusnya aku bahagia jika sahabatku pun bahagia?
Ya, seharusnya memang seperti itu. Tetapi entah apa yang membuatku terlihat sinis terhadap kedekatannya dengan perempuan lain. Hmm mungkin aku tidak ikhlas melihatnya bahagia karena seorang perempuan yang telah berkomitmen dengan laki-laki lain. Rasanya tidak adil. Karena menurutku dia lebih pantas bahagia karena perempuan yang mencintainya.
Mungkin pernyataan "yang special bakal kalah sama yang selalu ada" sedang dibuktikan kali ini. Mungkin perempuan itu selalu ada untuknya, tidak sepertiku yang sibuk dengan kewajiban-kewajibanku.
Aku bingung akan perasaan ini, jika aku memperjuangkan perasaanku, aku takut akan kehilangan dia sebagai sahabatku. Tapi jika tidak, haruskah aku terus mengubur dan menutup perasaan ini dalam-dalam? Sampai kapan?

Aku benci perasaan ini.

Sabtu, 18 Januari 2014

Syavita Mellin Martya

Entah harus di mulai dari mana, tapi disini aku cuman mau memperkenalkan diri. Telat sih, tapi gak apa-apa deh ya soalnya aku lagi pengen nulis tapi gak tau mau nulis apa :D
Kita mulai ya, nama lengkap aku Syavita Mellin Martya, aku lahir di Majalengka, tanggal 18 Maret 2000. Masih muda kan? :D Aku anak kedua dari 2 bersaudara. Alamatku di Jl. Jatisampai Gg. Mesjid No.34 RT 03 RW 07 Kec. Majalengka Wetan Kab. Majalengka Prov. Jawa Barat. Sekarang aku duduk di bangku kelas 2 SMP di SMPN 1 Majalengka, mungkin ada yang tau? :D Di sekolahku, aku mengikuti ekstrakurikuler (ECA) PASKIBRA.
Kalo secara fisik, kata teman-temanku aku itu gak cantik tapi manis dan lucu, lucunya karena aku gendut katanya, tapi aku gak gendut kok, aku cuman seksi hahaha :D
Hobiku saat ini adalah membaca novel, bernyanyi, menonton film, mendengarkan musik, tertawa, bermain game simulasi, dan makan hehehe :D Cita-citaku pengen jadi psikolog, dokter, pilot, & kerja di NASA. Alasannya :
1) Psikolog: Karena aku suka membaca kepribadian seseorang, aku juga suka menjadi penasihat bagi teman-temanku jika sedang ada masalah, dan aku juga suka mempelajari tentang masalah-masalah sosial. Jadi akhirnya banyak temen-temenku yang menilai kalau aku dewasa, bijaksana, dsb. :D tapi aku juga manusia biasa kok, aku punya emosi, aku bisa melakukan kesalahan, aku juga bisa galau :p
2) Dokter: Karena aku suka biologi, tapi hanya yang berkaitan dengan tubuh manusia saja, terutama yang ilmu biologi mempelajari tentang organ reproduksi hahaha :D terus biar bisa mengobati orang yang aku sayang juga kalau misalkan mereka lagi sakit hehehe. :$
3) Pilot: Agak aneh sih soalnya kebanyakan yang pengen jadi pilot itu cowok, tapi justru itu yang bikin aku tertarik. Kan keren gitu kalo misalkan ada cewe jadi pilot :D terus siapa tau aku bisa keliling dunia gratis hahaha. :D
4) Kerja di NASA: Siapa yang gak tau apa itu NASA? Yang gak tau, browsing sendiri ya :p Aku pengen kerja disitu karena aku suka mempelajari ilmu astronomi, menurutku itu menyenangkan karena kita bisa tahu di luar angkasa sana ada apa saja selain bumi, bulan, dan matahari. 

Cukup sekian ya, terimakasih sudah membaca ;)

Senin, 05 Agustus 2013

The End of Our Story

Sebelum kamu pergi, aku pikir aku tidak bisa hidup tanpamu. Ternyata, aku terlalu berlebihan menganggap akan kehandiranmu di hidupku, dan nyatanya aku masih sangat bisa hidup tanpa kehadiran kamu di hidupku lagi. Tak banyak perubahan yang aku alami setelah kamu pergi, aku masih tetap sebagai aku, aku yang tidak benar-benar mengenal kamu; aku yang dulu terlalu cinta padamu; aku yang kesulitan untuk move on tapi mudah jatuh cinta; aku yang tak mudah dekat dengan banyak orang; aku yang masih suka membaca novel teenlit; aku yang masih selalu terkagum-kagum dengan aktor tampan, Taylor Lautner; dan aku yang masih sangat suka makan.
Kamu tak sesempurna dengan apa yang aku ceritakan kepada teman-temanku. Aku selalu melebih-lebihkan apa adanya darimu. Dan itu adalah sebuah kesalahan, dan aku tak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji.
Memang, wajahmu yang terlihat kalem, bersahaja, dan senyum teduhmu itu selalu kau perlihatkan kepada setiap orang. Tapi tak banyak yang tahu, bahwa dibalik semua itu ada hati yang tak jarang berniat mempermainkan perasaan perempuan. Entah apa yang memotivasi dirimu melakukan itu semua terhadap perempuan. Tapi, tak adakah hal yang lebih berguna selain mempermainkan perasaan perempuan?
Aku pikir kamu sesosok lelaki yang taat pada agama, patuh pada orangtua, rajin dalam menabung, tekun dalam belajar, dan murah untuk tersenyum, sehingga tak pernah terpikirkan kamu akan melakukan sesuatu hal yang paling dibenci oleh semua perempuan manapun.
Semenjak kamu bermigrasi ke kota lain, aku tak banyak mendengar kabar akan dirimu. Di tengah kehampaan itu, aku tidak tahu bagaimana, sedikit demi sedikit, pertanyaan dalam otakku mulai terjawab. Kamu memang hanya menjadikanku sebagai pelarian, dan kamu dulu hanya mencintai perempuan lain, bukan aku. Dan bukan hanya aku saja yang di beri harapan palsu olehmu, tapi sepertinya ada banyak perempuan lain yang akan kamu patahkan hatinya, seperti aku saat ini.
Dan dari sekian korbanmu, ada beberapa yang sudah ku ketahui, beberapa diantaranya perempuan-permpuan yang ku kenal. Penilaian mereka terhadapmu juga tak jauh berbeda dengan penilaianku terhadapmu dulu. Tentu saja mereka mencintaimu. Memang wanita mana yang tidak luluh jika dihujani perhatian oleh lelaki yang mereka anggap "tampan"?
Tapi bukan berarti perempuan tak memiliki pemikiran dan otak, setelah mereka sadar mereka akan tahu apa yang sebenarnya kamu lakukan terhadap mereka. Mungkin bahkan mereka tak akan mau melihat wajahmu lagi, seperti aku. Atau mungkin lebih parah. Dan sayangnya, mereka belum tahu yang sebenarnya.
Aku salah memilihmu sebagai tujuan, aku salah bahwa aku berpikir kamu bisa memperindah hidupku, aku salah menilai kamu sebagai sesosok lelaki idaman. Bisa dikatakan aku menyesal lebih mengenal dekat denganmu. Tapi tak ada guna aku menyesal, semua telah terjadi. Luka di hatiku telah kamu toreh lebih dalam lagi. Tapi aku bahagia, perih ini satu-satunya pengingat bahwa kamu pernah singgah di hatiku. Bahwa kamu nyata, tak hanya sekadar dalam anganku.
Tapi kamu tak perlu khawatir, aku tak akan membalas semua perbuatan yang telah kamu lakukan terhadapku. Aku yakin ini adalah cobaan dari Tuhan untuk menguji kesabaranku. Akan kubiarkan Tuhan pula yang membalas semuanya.
Terimakasih atas semua yang telah kamu beri kepadaku. Dan aku minta maaf jika selama ini, ada banyak hal yang menyakiti hatimu.

Lagipula, tidak di inginkan dan hanya di jadikan pelampiasan bukan hal baru dalam hidupku, jadi kamu jangan merasa paling hebat. Aku telah terbiasa dengan hal seperti ini. Berbahagialah, Tuan. Selamat tinggal.

Sabtu, 06 Juli 2013

6 Bulan Terakhir Bersama Seseorang yang Belum Tentu Membaca Catatan Ini


Di tengah siang bolong dan teriknya matahari seperti  hari ini, rasanya aneh jika tubuhku tiba-tiba menggigil saat aku ingin menuliskan catatan ini. Catatan ini adalah penggambaran perasaanku terhadap seseorang selama 6 bulan terakhir, meskipun sebenarnya perasaan sangat sulit untuk di deskripsikan oleh kata-kata. Tapi tekadku lebih besar untuk menuliskan ini. Dan seharusnya aku menuliskan ini pada tanggal 7 Juli 2013 besok, tapi berhubung besok aku tidak bisa karena ada kepentingan, maka aku menuliskannya hari ini.

Selama 6 bulan terakhir ini aku telah mengenal seseorang. Perkenalan kami begitu sederhana, maya, tanpa rencana, dan apa adanya. Dengan aplikasi bernama facebook ini membuat 7 Januari tak semonoton yang kukira. Aku yang kala itu iseng-iseng membuka akun facebook-ku ini sepulang sekolah, membuatku berkenalan dengan seseorang yang tak pernah terpikirkan akan membuatku "segila" ini.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, aku selalu meluangkan waktuku hanya untuk dihabiskan bersamanya dalam maya. Aku selalu memberikan perhatian terbaikku terhadapnya, sesering mungkin aku mengingatkannya untuk tidak lupa makan, dan sesabar mungkin aku menahan emosiku ketika melihat dia bersama wanita lain selama aku bisa. Bahkan aku selalu membiarkan rasa kantuk menghantuiku hanya demi menemaninya semalaman. Sayangnya usaha terbaikku sangat sering hanya mendapat pengabaian darinya, sekalipun dia menggubris dia tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh.

6 bulan terakhir ini aku tidak tahu apakah usahaku selama ini sia-sia dan dianggap hanya sebuah lelucon konyol atau tidak? Aku juga tidak mengerti apakah semua usaha yang kulakukan untuknya akan menuai kebaikan juga atau tidak sama sekali?

Memang aku labil, tak sedewasa dirinya dan sahabat wanita nya itu juga tak pintar secara emosi. Sudah berkali-kali aku mencoba untuk melupakannya, tapi hal itu justru semakin menyakiti batinku. Status ini menyesakan; di sebut jatuh cinta diam-diam terhadapnya tak pantas karena nyatanya dia mengetahui yang sebenarnya; di sebut kakak-adekan juga tak benar karena dia tak memanggilku dengan panggilan "Dek", tapi memanggilku dengan panggilan yang lain; di sebut "gebetan" lebih parah lagi, karena dia tak pernah menganggapku sebagai calon kekasihnya. Lalu hubungan apa yang kami jalin? Aku pun tidak pernah tahu dan tak pernah mengerti apa yang dia inginkan dengan hubungan kami ini. Berteman? Tapi setahuku, kami lebih dari itu.

Dia berucap sayang dan kangen, tapi dia tak pernah membuktikannya dengan perbuatan. Dia berkata sayang dan kangen, tapi dia selalu mengabaikanku hingga aku merasa lelah. Dia meminta maaf, tapi dia selalu mengulang kesalahan yang sama lagi dan lagi. Bahkan saat aku menunjukkan sikap lelah untuk berharap, dia tidak peduli dan tidak menjaga perasaanku. Dia memang tak pernah berusaha untuk menjaga perasaanku, tapi dia selalu berusaha menjaga perasaan sahabatnya itu di hadapanku dan di muka umum. Kami berkomunikasi pun lebih sering inisiatif dariku. Dia tak kunjung memberikan kejelasan. Aku lelah di abaikan.

Kalau aku lelah di abaikan, kenapa aku tetap mempertahankannya ketika aku memperhatikannya tapi dia tidak? Kalau aku lelah di abaikan, kenapa aku tetap mempertahankannya ketika aku merindukannya tapi dia tidak? Kalau aku lelah di abaikan, kenapa aku tetap mempertahankannya ketika aku kesesakan melihatnya berduaan dengan wanita lain sedangakan dia berbahagia di atas lukaku? Kenapa aku bertahan dalam lelahnya di abaikan? Wanita mana pun pasti tidak ingin merasakan hal seperti ini, tapi kenapa aku memilih bertahan?

Kamu memang pernah menempati otakku. Setiap sel nya berisi KAMU. Aku sangat sering menuliskan tentang kamu, memikirkan kamu, dan merindukanmu. Tapi aku juga harus memikirkan, apakah aku mendapatkan apa yang aku harapkan dari sesosok "kamu". Setahuku dan seharusnya, cinta itu mengobati bukan melukai. Aku lelah. Kamu tak akan pernah memberikan tanda. Aku bukan boneka yang bisa kamu mainkan sesukamu, yang tidak bisa merasakan sakitnya di abaikan, yang tidak bisa merasa kelelahan. Aku tahu rasanya di abaikan, aku tahu rasanya di sembunyikan dan tak dianggap ada, dan aku juga tahu rasanya sakit itu seperti apa.

6 bulan terakhir kamu yang terbaik.. 6 bulan terakhir hanya kamu yang mampu menghancurkan aku, dan 6 bulan terakhir pula hanya kamu yang dapat mengobati lukaku.. 6 bulan terakhir...

Jumat, 24 Mei 2013

Tahukah kamu?

Masih teringat jelas dalam ingatanku. Saat itu kamu berpakain begitu rapi, dan sambil memetik senar-senar gitar di awal kegiatan pengembangan diri yang kebetulan sama-sama kita ikuti. Aku tak tahu namamu siapa kala itu. Tapi sejak saat itu aku mulai mengagumimu. Mengagumi.
Awalnya aku memang tak tahu namamu siapa. Karena ada seseorang yang sekilas mirip denganmu. Dan aku takut terbalik antara namamu dengan seseorang itu. Tapi aku terus mencari tahu siapa namamu. Sampai akhirnya aku tahu.
Ku mulai mencari-mencari akun sosial media milikmu yang siapa tahu bisa menjadi peluang agar kamu lebih mengenalku. Setelah ku tahu, tak ku sia-siakan kesempatan itu untuk lebih mencari tahu informasi-informasi tentang dirimu.
Akhirnya tak ku sangka-sangka aku dan kamu berkenalan. Sangat senang rasanya, apalagi saat itu kamu yang memulai perkenalan dan percakapan. Sampai pada akhirnya aku dan kamu bertukar nomor ponsel. Dan obrolan sederhana kita pun berlanjut lebih jauh. Kita berkomunikasi melalui banyak akun sosial media, seperti Facebook, Twitter, dll. dan aplikasi chating yang saat itu memang sedang banyak digunakan, seperti whatsapp, dan tentu saja melalui pesan singkat.
Memang sih awalnya kita hanya mengobrol sesuatu hal yang sangat umum. Sepertinya tak perlu di sebutkan, karena sebenarnya para pembaca pun sudah mengerti.
Obrolan sederhana kamu dan aku tak hanya hari itu saja, masih terus berlanjut sampai hari-hari berikutnya. Dan kamu menjadi alasanku untuk selalu menatap handphone, membeli pulsa ketika pulsaku habis, dan selalu tidak ingin jauh dari alat komunikasi mungil tersebut.
Dengan seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit aku mulai menyimpan rasa dan harapan padamu. Bagaimana tidak, kau adalah laki-laki yang membangunkan kembali hatiku yang lama telah mati. Tidak munafik, saat itu aku memang ingin memilikimu seutuhnya. Bukan hanya sebatas ‘hubungan tanpa status’ yang entah kapan akan di perjelas.
Entah aku yang terlalu percaya diri atau kamu yang memang berniat melakukannya. Kamu mulai berani memanggilku dengan panggilan ‘sayang’, mencium dan memelukku dengan bentuk tulisan dan emotikon. Dan tak ketinggalan, kata-kata manis pun tak lupa kau lontarkan padaku. Tak dapat ku pungkiri, hal-hal yang dianggap sebagian orang sepele itu, bisa membuatku tersenyum dan tertawa-tawa sendiri ketika membacanya. Saat itu aku merasakan indahnya hidup. Saat itu.
Bahkan saat itu aku tidak memikirkan, “apakah hanya aku yang kau panggil dengan panggilan ‘sayang’, atau ada orang lain juga yang merasakannya?”, aku sama sekali tak peduli pada saat itu. Yang ada dalam otakku, kau mencintaiku.
Terlalu percaya diri memang, tapi bagiku itu manusiawi. Ketika seorang wanita dan laki-laki berhubungan, lalu si wanita mendapat perilaku seperti seorang ‘kekasih’ oleh laki-laki tersebut, maka si wanita akan beranggapan bahwa si laki-laki tersebut mencintainya. Apalagi jika laki-laki tersebut adalah lelaki idaman si wanita tersebut.
Terus terang, setelah 2-3 bulan aku berhubungan tanpa status dengannya, aku dan dia sudah seperti sepasang kekasih, yang hampir setiap hari berkomunikasi. Bahagia? Tentu.
Tapi bukan berarti hubunganku dengannya tak ada masalah. Terkadang kita berselisih pendapat. Tapi untungnya hal kecil seperti itu tak terlalu kami ambil pusing. Namun, masalah yang lebih besar dari itu adalah jika misalkan aku pergi menghilang tanpa memberitahunya dahulu selama berjam-jam, biasanya dia akan sedikit jengkel terhadapku. Tapi ya untungnya, dia mempunyai pikiran yang lebih dewasa dariku jadi dia bisa membawaku ke arah yang lebih baik.
Tapi akan lebih bahagia lagi jika aku memilikimu seutuhnya. Memiliki hatimu seutuhnya. Seutuhnya. Yang menjadi satu-satunya penghuni hatimu. Menjadi satu-satunya orang yang benar-benar mengisi hatimu. Menjadi satu-satunya orang yang kamu cinta. Seandainya.
Telah lama aku menunggumu, sayang. Aku tak tahu apakah aku memang menunggu sesuatu yang pasti atau tidak? Aku selalu mencoba menghibur diri, bahwa cinta akan datang pada seseorang yang berusaha keras mendapatkan seseorang. Tapi sampai kapan aku harus selalu menghibur diriku sendiri? Bahkan hiburan itu pun sangat tak lucu.
Kamu pikir menunggu sesuatu hal yang menyenangkan? Sekalipun kita menunggu sesuatu yang pasti pun kita tetap saja merasa jenuh jika dilakukan dalam waktu yang cukup lama. Apalagi jika menunggu sesuatu yang tidak pasti. Kamu bisa tahu jawabannya.
Tak lebih dari satu bulan lagi kamu tak akan lagi bersekolah di sekolah yang sama denganku. Kamu akan menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tentu saja di sekolah barumu itu, kamu akan mengenal orang-orang baru yang mungkin ada salah satunya yang menarik perhatianmu. Mungkin.
Bukannya aku tak suka kamu mencicipi pendidikan yang lebih tinggi lagi. Aku hanya sedih jika harus jauh darimu. Yang biasanya hampir setiap hari bisa bertemu denganku. Tapi nanti mungkin hanya rencana Tuhan dan keberuntungan yang dapat mempertemukan kita sesekali.
Tak akan ada lagi seseorang yang membuatku selalu bersemangat ke sekolah. Tak akan ada lagi seseorang yang rutin berkeliling sekolah ketika jam pelajaran terakhir telah usai. Tak akan ada lagi seseorang yang senyumnya selalu ku tangkap ketika jam istirahat ataupun setelah jam terakhir selesai. Tak akan ada lagi seseorang yang membuat jantungku terasa berat saat melihat orang yang bermain gitar ketika aku mengikuti pengembangan diri. Tak akan ada lagi. Tak akan ada. Tak akan.
Dan tahukah kamu, ketika kamu pergi seluruh hatiku akan selalu merindukanmu? Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Segala yang kulakukan selalu mengingatkanku padamu. Aku ingin kamu tahu. Segalanya rela kulakukan, rela ku berikan hati dan jiwaku. Hanya untukmu. Banyak orang yang tahu kita memang dekat. Tapi setahuku, kita pernah lebih dari itu. Jadi, kembalilah padaku suatu saat nanti! Aku akan selalu merindukanmu. Aku ingin kamu habiskan sisa umurmu, dan menua bersamaku. Aku akan menunggumu.

Rabu, 24 April 2013

Abu-Abu

Di keheningan malam, dan rintikan gerimis terdengar dari luar jendela, aku masih saja terbenam dalam lamunanku. Ku terduduk seorang diri sambil memikirkan dirimu sedari tadi. Aku mengingat hal yang pernah kita lakukan dahulu. Aku merindukanmu. Dahulu kamu yang selalu menemaniku ketika hujan turun dan merangkulku hangat, walaupun hanya dalam jarak, tapi kini aku benar-benar menikmati dinginnya hujan itu sendirian, tanpa siapapun, tanpa dirimu. Meskipun aku tak pernah benar-benar memilikimu seutuhnya.
Aku yang hanya tempat kau melampiaskan dirimu yang sedang kesepian, dan sedih. Tapi aku tidak pernah menyesal. Setidaknya aku selalu ada untukmu ketika kamu butuh.
Kamu pernah berjanji padaku, kamu akan selalu ada ketika aku butuh kamu. Entah apa yang membuat aku yakin akan janji yang tak kau tepati itu. Aku tidak marah padamu atas janji yang kau ingkari itu. Tapi aku marah pada diriku sendiri yang begitu mudahnya pada janji-janji manismu. Untuk kesalahan kali ini, aku bisa melupakannya.
Aku ingat ketika kamu pernah berucap padaku di waktu silam, katamu "aku mungkin akan menghilang dari hidupmu dan mungkin aku tidak akan pernah kembali lagi". Aku tak tahu apa salahku padamu sampai kamu tidak ingin lagi kembali ke dalam hidupku. Ketika aku berusaha mencari tahu, kamu tidak pernah bisa menjawabnya, dan itu yang membuat aku sedikit kehilangan harapan akan bertemu denganmu lagi di masa depan. Dan mungkin ketidak hadiranmu malam ini adalah sebagian dari janjimu itu.
Di lain waktu, kamu juga pernah berkata padaku melalui message facebook. "Aku tidak bisa lama lagi. Aku ingin kita menunggu waktu yang tepat di suatu hari nanti. Mungkin aku akan kembali saat kita tak saling melihat satu sama lain lagi setiap hari. Aku akan kembali mencarimu di suatu hari nanti. I'll always remember you. I LOVE YOU", kira-kira seperti itu kamu berjanji. Di lain waktu, namun dengan janji yang hampir sama kamu pernah bilang padaku, "Aku usahain tetap ingat sama kamu. Saat aku menghilang, mungkin aku akan mencarimu sampai ketemu. Dan aku akan membawamu ke rumah yang akan aku persiapkan untuk kita berdua".
Sungguh, aku bingung, aku tidak tahu mana janjimu yang harus aku percayai. Karena kedua janjimu itu bertolak belakang.
Sudahlah, kita lihat saja mana yang akan terjadi di masa depan nanti. Aku hanya bisa berharap, semoga janjimu yang akan membawaku ke rumah yang akan kamu persiapkan untuk kita berdua itu yang akan kamu tepati. Dan jika itu benar terjadi, sebagai balasannya aku berjanji akan mendampingimu mewujudkan janjimu itu. Tapi jika kamu tidak akan kembali lagi padaku, aku tidak akan pernah menganggu hidupmu lagi, dan aku akan melupakanmu. Aku berjanji.
Itu sebabnya, kamu sangat abu-abu untukku. Terkadang terlihat meyakinkan, terkadang terlihat meragukan.
Hitam dan putih yang sejalan.