Sabtu, 12 April 2014

Complicated

Aku mau tanya, apakah kalian pernah jatuh cinta dengan seseorang yang sebelumnya tidak pernah kalian inginkan untuk jatuh cinta kepadanya? Jika jawabannya iya, kalian sama denganku.
Aku jatuh cinta pada seseorang yang sebelumnya tidak pernah aku inginkan untuk jatuh cinta kepadanya, bahkan untuk sekedar membayangkannya saja pun aku tidak pernah. Rasa itu tidak pernah terencana, tidak terduga, dan tentu saja tidak diinginkan. Rasa itu begitu apa adanya, alami, tidak bisa dicegah. Mungkin rasa itu ada karena terbiasa. Ya, terbiasa. Aku dan dia memang sudah kenal sejak sama-sama masih culun, kira-kira antara masa TK / SD lah. Dulu, aku dan dia sering bermain bersama-sama setelah pulang sekolah. Dia salah satu teman semasa kecilku. Yang kini Tuhan pertemukan lagi setelah bertahun-tahun sama-sama tak ada kabar. Dan bertemu dalam keadaan sudah mulai mengalami masalah-masalah kehidupan.
Dia anak yang asik, baik, bisa menghargai perempuan, bisa membuatku nyaman (tentu saja), dan yang paling penting dia bukan perokok / pemabuk. Wajahnya tidak terlalu ganteng, but I love his smile and his eyes. Begitu bisa menyejukanku.
Sejak saat itu, aku dan dia berkomunikasi lebih sering. Kami banyak bercerita tentang obrolan-obrolan ringan seperti mengenai kehidupan masing-masing. Dan seingatku, ada satu hal yang jarang kita perbincangkan, yaitu tentang cinta. Aku tidak tau perjalanan cintanya selama bertahun-tahun dia menghilang seperti apa, termasuk siapa saja mantan-mantannya dan perempuan-perempuan yang pernah dia taksir. Aku tidak tau alasannya kenapa dia cukup tertutup mengenai hal itu. Tapi bukankah aku sahabatnya? Ya, aku memang sahabatnya, tidak lebih. Tapi mungkin dia memang belum ingin menceritakannya.
Sampai suatu ketika, dia cenderung lebih dingin terhadapku, biasanya kadang-kadang dia yang berinisiatif menghubungiku tapi pada saat itu selalu aku yang berinisiatif; tetapi dari apa yang aku tau, dia terlihat lebih ceria dan lebih dekat dengan perempuan lain, entah itu siapanya. Jika aku salah mengenai apa yang aku katakan, mungkin kamu akan menganggapku sok tau, tapi bukankah masuk akal jika memang benar aku sok tau karena kamu tidak akan pernah memberitahu hal itu kecuali jika aku yang bertanya? Aku berbicara seperti ini karena aku tidak bodoh, teman. I can see that.
Lalu apa hubungannya denganku? Mengapa aku terlihat tidak begitu menyukai kedekatannya dengan perempuan lain meskipun hal itu membuatnya bahagia? Bukankah seharusnya aku bahagia jika sahabatku pun bahagia?
Ya, seharusnya memang seperti itu. Tetapi entah apa yang membuatku terlihat sinis terhadap kedekatannya dengan perempuan lain. Hmm mungkin aku tidak ikhlas melihatnya bahagia karena seorang perempuan yang telah berkomitmen dengan laki-laki lain. Rasanya tidak adil. Karena menurutku dia lebih pantas bahagia karena perempuan yang mencintainya.
Mungkin pernyataan "yang special bakal kalah sama yang selalu ada" sedang dibuktikan kali ini. Mungkin perempuan itu selalu ada untuknya, tidak sepertiku yang sibuk dengan kewajiban-kewajibanku.
Aku bingung akan perasaan ini, jika aku memperjuangkan perasaanku, aku takut akan kehilangan dia sebagai sahabatku. Tapi jika tidak, haruskah aku terus mengubur dan menutup perasaan ini dalam-dalam? Sampai kapan?

Aku benci perasaan ini.

1 komentar:

  1. Suka atau tidak suka, inilah rizkimu. Cinta datang dengan sendirinya, dan akan pergi dengan sendirinya pula. Pertahankan rasamu agar kamu tidak menyesal di hari esok. :D

    BalasHapus