Sabtu, 06 Juli 2013

6 Bulan Terakhir Bersama Seseorang yang Belum Tentu Membaca Catatan Ini


Di tengah siang bolong dan teriknya matahari seperti  hari ini, rasanya aneh jika tubuhku tiba-tiba menggigil saat aku ingin menuliskan catatan ini. Catatan ini adalah penggambaran perasaanku terhadap seseorang selama 6 bulan terakhir, meskipun sebenarnya perasaan sangat sulit untuk di deskripsikan oleh kata-kata. Tapi tekadku lebih besar untuk menuliskan ini. Dan seharusnya aku menuliskan ini pada tanggal 7 Juli 2013 besok, tapi berhubung besok aku tidak bisa karena ada kepentingan, maka aku menuliskannya hari ini.

Selama 6 bulan terakhir ini aku telah mengenal seseorang. Perkenalan kami begitu sederhana, maya, tanpa rencana, dan apa adanya. Dengan aplikasi bernama facebook ini membuat 7 Januari tak semonoton yang kukira. Aku yang kala itu iseng-iseng membuka akun facebook-ku ini sepulang sekolah, membuatku berkenalan dengan seseorang yang tak pernah terpikirkan akan membuatku "segila" ini.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, aku selalu meluangkan waktuku hanya untuk dihabiskan bersamanya dalam maya. Aku selalu memberikan perhatian terbaikku terhadapnya, sesering mungkin aku mengingatkannya untuk tidak lupa makan, dan sesabar mungkin aku menahan emosiku ketika melihat dia bersama wanita lain selama aku bisa. Bahkan aku selalu membiarkan rasa kantuk menghantuiku hanya demi menemaninya semalaman. Sayangnya usaha terbaikku sangat sering hanya mendapat pengabaian darinya, sekalipun dia menggubris dia tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh.

6 bulan terakhir ini aku tidak tahu apakah usahaku selama ini sia-sia dan dianggap hanya sebuah lelucon konyol atau tidak? Aku juga tidak mengerti apakah semua usaha yang kulakukan untuknya akan menuai kebaikan juga atau tidak sama sekali?

Memang aku labil, tak sedewasa dirinya dan sahabat wanita nya itu juga tak pintar secara emosi. Sudah berkali-kali aku mencoba untuk melupakannya, tapi hal itu justru semakin menyakiti batinku. Status ini menyesakan; di sebut jatuh cinta diam-diam terhadapnya tak pantas karena nyatanya dia mengetahui yang sebenarnya; di sebut kakak-adekan juga tak benar karena dia tak memanggilku dengan panggilan "Dek", tapi memanggilku dengan panggilan yang lain; di sebut "gebetan" lebih parah lagi, karena dia tak pernah menganggapku sebagai calon kekasihnya. Lalu hubungan apa yang kami jalin? Aku pun tidak pernah tahu dan tak pernah mengerti apa yang dia inginkan dengan hubungan kami ini. Berteman? Tapi setahuku, kami lebih dari itu.

Dia berucap sayang dan kangen, tapi dia tak pernah membuktikannya dengan perbuatan. Dia berkata sayang dan kangen, tapi dia selalu mengabaikanku hingga aku merasa lelah. Dia meminta maaf, tapi dia selalu mengulang kesalahan yang sama lagi dan lagi. Bahkan saat aku menunjukkan sikap lelah untuk berharap, dia tidak peduli dan tidak menjaga perasaanku. Dia memang tak pernah berusaha untuk menjaga perasaanku, tapi dia selalu berusaha menjaga perasaan sahabatnya itu di hadapanku dan di muka umum. Kami berkomunikasi pun lebih sering inisiatif dariku. Dia tak kunjung memberikan kejelasan. Aku lelah di abaikan.

Kalau aku lelah di abaikan, kenapa aku tetap mempertahankannya ketika aku memperhatikannya tapi dia tidak? Kalau aku lelah di abaikan, kenapa aku tetap mempertahankannya ketika aku merindukannya tapi dia tidak? Kalau aku lelah di abaikan, kenapa aku tetap mempertahankannya ketika aku kesesakan melihatnya berduaan dengan wanita lain sedangakan dia berbahagia di atas lukaku? Kenapa aku bertahan dalam lelahnya di abaikan? Wanita mana pun pasti tidak ingin merasakan hal seperti ini, tapi kenapa aku memilih bertahan?

Kamu memang pernah menempati otakku. Setiap sel nya berisi KAMU. Aku sangat sering menuliskan tentang kamu, memikirkan kamu, dan merindukanmu. Tapi aku juga harus memikirkan, apakah aku mendapatkan apa yang aku harapkan dari sesosok "kamu". Setahuku dan seharusnya, cinta itu mengobati bukan melukai. Aku lelah. Kamu tak akan pernah memberikan tanda. Aku bukan boneka yang bisa kamu mainkan sesukamu, yang tidak bisa merasakan sakitnya di abaikan, yang tidak bisa merasa kelelahan. Aku tahu rasanya di abaikan, aku tahu rasanya di sembunyikan dan tak dianggap ada, dan aku juga tahu rasanya sakit itu seperti apa.

6 bulan terakhir kamu yang terbaik.. 6 bulan terakhir hanya kamu yang mampu menghancurkan aku, dan 6 bulan terakhir pula hanya kamu yang dapat mengobati lukaku.. 6 bulan terakhir...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar