Senin, 05 Agustus 2013

The End of Our Story

Sebelum kamu pergi, aku pikir aku tidak bisa hidup tanpamu. Ternyata, aku terlalu berlebihan menganggap akan kehandiranmu di hidupku, dan nyatanya aku masih sangat bisa hidup tanpa kehadiran kamu di hidupku lagi. Tak banyak perubahan yang aku alami setelah kamu pergi, aku masih tetap sebagai aku, aku yang tidak benar-benar mengenal kamu; aku yang dulu terlalu cinta padamu; aku yang kesulitan untuk move on tapi mudah jatuh cinta; aku yang tak mudah dekat dengan banyak orang; aku yang masih suka membaca novel teenlit; aku yang masih selalu terkagum-kagum dengan aktor tampan, Taylor Lautner; dan aku yang masih sangat suka makan.
Kamu tak sesempurna dengan apa yang aku ceritakan kepada teman-temanku. Aku selalu melebih-lebihkan apa adanya darimu. Dan itu adalah sebuah kesalahan, dan aku tak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji.
Memang, wajahmu yang terlihat kalem, bersahaja, dan senyum teduhmu itu selalu kau perlihatkan kepada setiap orang. Tapi tak banyak yang tahu, bahwa dibalik semua itu ada hati yang tak jarang berniat mempermainkan perasaan perempuan. Entah apa yang memotivasi dirimu melakukan itu semua terhadap perempuan. Tapi, tak adakah hal yang lebih berguna selain mempermainkan perasaan perempuan?
Aku pikir kamu sesosok lelaki yang taat pada agama, patuh pada orangtua, rajin dalam menabung, tekun dalam belajar, dan murah untuk tersenyum, sehingga tak pernah terpikirkan kamu akan melakukan sesuatu hal yang paling dibenci oleh semua perempuan manapun.
Semenjak kamu bermigrasi ke kota lain, aku tak banyak mendengar kabar akan dirimu. Di tengah kehampaan itu, aku tidak tahu bagaimana, sedikit demi sedikit, pertanyaan dalam otakku mulai terjawab. Kamu memang hanya menjadikanku sebagai pelarian, dan kamu dulu hanya mencintai perempuan lain, bukan aku. Dan bukan hanya aku saja yang di beri harapan palsu olehmu, tapi sepertinya ada banyak perempuan lain yang akan kamu patahkan hatinya, seperti aku saat ini.
Dan dari sekian korbanmu, ada beberapa yang sudah ku ketahui, beberapa diantaranya perempuan-permpuan yang ku kenal. Penilaian mereka terhadapmu juga tak jauh berbeda dengan penilaianku terhadapmu dulu. Tentu saja mereka mencintaimu. Memang wanita mana yang tidak luluh jika dihujani perhatian oleh lelaki yang mereka anggap "tampan"?
Tapi bukan berarti perempuan tak memiliki pemikiran dan otak, setelah mereka sadar mereka akan tahu apa yang sebenarnya kamu lakukan terhadap mereka. Mungkin bahkan mereka tak akan mau melihat wajahmu lagi, seperti aku. Atau mungkin lebih parah. Dan sayangnya, mereka belum tahu yang sebenarnya.
Aku salah memilihmu sebagai tujuan, aku salah bahwa aku berpikir kamu bisa memperindah hidupku, aku salah menilai kamu sebagai sesosok lelaki idaman. Bisa dikatakan aku menyesal lebih mengenal dekat denganmu. Tapi tak ada guna aku menyesal, semua telah terjadi. Luka di hatiku telah kamu toreh lebih dalam lagi. Tapi aku bahagia, perih ini satu-satunya pengingat bahwa kamu pernah singgah di hatiku. Bahwa kamu nyata, tak hanya sekadar dalam anganku.
Tapi kamu tak perlu khawatir, aku tak akan membalas semua perbuatan yang telah kamu lakukan terhadapku. Aku yakin ini adalah cobaan dari Tuhan untuk menguji kesabaranku. Akan kubiarkan Tuhan pula yang membalas semuanya.
Terimakasih atas semua yang telah kamu beri kepadaku. Dan aku minta maaf jika selama ini, ada banyak hal yang menyakiti hatimu.

Lagipula, tidak di inginkan dan hanya di jadikan pelampiasan bukan hal baru dalam hidupku, jadi kamu jangan merasa paling hebat. Aku telah terbiasa dengan hal seperti ini. Berbahagialah, Tuan. Selamat tinggal.

1 komentar: